TEMPO.CO, Jakarta - Deviana Maria Anastasia sejak lulus Sekolah Menengah Atas sudah memutuskan tidak akan melanjutkan kuliah di bidang bisnis seperti kebanyakan keluarganya. Ia lebih menyukai ilmu pasti seperti jurusan kedokteran, ia pun ingin sekali menyalurkan minat seninya di jurusan art. "Akhirnya aku eksplore kedokteran gigi," katanya kepada Tempo pada awal April 2021.
Devi, sapaan Deviana, menilai bahwa ilmu kedokteran gigi bisa menyatukan keinginan dia dan juga keinginan keluarganya. Para dokter gigi mempelajari ilmu pasti seperti kesukaannya, bisa menyalurkan ilmu seninya ketika harus memoles penambalan gigi atau membuat gigi palsu. Ia pun bisa mengamini ilmu bisnis sesuai permintaan keluarganya. "Jadi aku bisa jadi entreprenur, bisa eksplore passion art aku dan belajar ilmu saklek," katanya.
Devi senang sekali ketika pasiennya mendapatkan solusi yang tepat atas masalah kesehatan mulutnya. "Enaknya jadi dokter gigi, aku bisa memberikan sesuatu yang berguna bagi orang lain. Saat mereka senang, itu membuatku happy," katanya.
Sebaliknya, tidak enaknya menjadi dokter gigi sangat terasa ketika ada pandemi Covid-19. Ia mengatakan saat praktik di masa Covid-19, Devi harus mengenakan alat pelindung diri yang super tebal. Padahal sebelum Covid-19 menerjang, ia cukup mengenakan jas putih saja. "Rasanya sudah seperti hot yoga di dalam alat pelindung diri," katanya.
Pada masa pandemi ini pun, ia jadi tidak bisa bergaya dengan rambutnya karena harus selalu mengenakan alat perlindung diri demi terhindar dari droplet. Ia juga tidak bisa mengobrol dengan pasien lebih banyak, padahal ngobrol salah satu caranya untuk mendekatkan diri dengan para pelanggannya. "Sekarang dokter gigi hanya kelihatan matanya doang, ketika mengobrol pun terbatas," katanya setelah menjalani praktik selama pandemi ini.
Dampak pandemi pun menerjangnya sebagai seorang pengusaha. Sebagai salah satu pendiri Rata.id dan sekarang menjabat sebagai Chief Marketing Officer Rata.id, Devi pun merasakan sekali dampak dari Pandemi Covid-19. Rata.id sempat tidak membuka praktiknya selama 1 bulan saat awal Corona. Untuk mengatasi masalah keuangan itu, Devi dan beberapa pendiri Rata.id pun tidak menerima gaji selama beberapa bulan. "Banyak yang bergantung pada kita dan kita harus super motivated, dan nggak boleh kelihatan down. Kami juga berusaha untuk tenang," katanya yang yakin bahwa bisnis kesehatan gigi sangat dibutuhkan masyarakat.
Rata.id baru merayakan ulang tahunnya yang kedua pada 22 April lalu. Selama itu pula Devi baru belajar menjadi bisniswoman tanpa meninggalkan pekerjaannya sebagai dokter gigi. Ketika memutuskan untuk menjadi pengusaha, tentu saja ada banyak ilmu baru yang harus Devi kuasai seperti marketing, administrasi, keuangan hingga bagian hukum. Ia pun berdiskusi panjang dengan para timnya untuk menentukan berapa harga layanan yang pas untuk para pelanggannya. "Sudah kayak sekolah bisnis lagi. So far, aku enjoy banget," kata Devi.
Pengalamannya menjadi dokter gigi sekaligus pengusaha terus terasah. Ia merasa sangat beruntung ketika perusahaannya sudah mulai mendapatkan investor lokal maupun asing. Ia pun merasa pengalamannya menjalani dua profesi sekaligus sebuah hal yang istimewa untuknya "Pengalaman ini pelajaran berharga, berapa banyak dokter gigi yang terjun ke dunia start up, dan aku sangat senang dapat privilege itu.